29 Oktober 2012

Perjalanan Sunyi

Tak pernah tahu kenapa hidup itu perlu. Beberapa pertanyaan tentang kemana mata harus diarahkan, dan untuk apa pikiran musti dipekerjakan. Jika semua yang tercerap oleh indera dan nalar, adalah ceceran kebingungan yang tak pernah pasti.  Sedikit menawarkan obsesi, lantas  menguapkan ilusi. Dan dimana tongkat eksistensi layak untuk ditegakkan. Jika ini adalah anomali dari pergerakan arah hidup, kapan dan bagaimana ini harus dihentikan.
Setiap materi yang mengisi ruang sadar, seolah tak pernah ingin memberikan jeda untuk berhenti sejenak. Semua menggumpal dalam darah dan sesekali menyumbat di antara jejaring syaraf otak. Luapan dan bahkan ledakan imajinasi menjadi satu-satunya alasan, sekedar membuang orgasme yang hambar. Lelah, letih.. menampung semua aliran kimiawi itu. Jika saja tubuhku tersedia elemen antimateri, maka persenyawaan baru akan mengubah segalanya.
Pergilah kemana hati membawamu. Tagline ini telah menjadi nadi bagi pergerakan wujudku. Pergi.. dan pergi.. menjadi agenda abadi sampai pada titik persinggahan terakhir. Tapi kemana kaki harus dilangkahkan, dan dimana pula saat ini kaki berpijak. Seolah bumi sedang berjarak, dan atap langit merapatkan diri. Mungkin aku bukanlah aku yang tahu perwujudan akan aku. Jika ini adalah kehilangan akan sebuah eksistensi diri, maka kupahami bahwa aku telah mati.
Pendalaman atas kematian telah memberiku jawaban atas segalanya. Mati di saat seluruh unsur kehidupanku terkumpul, lalu terhisap ke dalam sebuah lubang hitam… lenyap. Mati di kala raga masih menyisakan nafas, mati di kala ego ataupun superego patut dibenamkan dalam-dalam. Tak diperlukan lagi ambisi, harapan, dan bahkan cinta. Karena kematian adalah ruang dimana materi kimiawi tak mampu bergerak. Dan pikiran serta imajinasi membeku pada titik bekunya. Kematian itu, menjadi gua pertapaan bagi jiwa yang ingin mencari, dan ia telah sampai pada apa yang dicarinya.
Jika memang masih ada tempat untuk kembali, maka dunia sudah selayaknya berubah dan langit sudah tidak berwarna hitam lagi. Tapi jika ini adalah sisi dunia yang membuatnya damai selamanya, maka ia akan terus menghuninya, menyetubuhinya, menghirup aromanya  -  hingga Tuhan benar-benar akan memanggilnya.
Dan nyanyian ini menjadi menu penutup dari perjamuan yang tidak biasa. Letto, Sejenak.
Sebelum waktumu terasa terburu
Sebelum lelahmu menutup mata
Adakah langkahmu terisi ambisi
Apakah qalbumu terasa sunyi

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta

Sebelum hidupmu terhalang nafasmu
Sesudah nafsumu tak terbelenggu
Indahnya membisu tandai yang berlalu
Bahasa tubuhmu mengartikan rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

saya mengharapkan komentar & kritik yang bersifat membangun....!!!!!

http://www.kumpulsoal.com/index.php?ref=Da

Meta Tag Generator


Rex