Kita tidak pernah
tau, sejauh mana kita bisa mempertahankan diri untuk bersikap baik.
Sulit membaca pikiran manusia, apalagi membedakan kejujuran dan
ketulusan. Kadang orang bisa merasakannya dengan 'hati', tapi ingat
bahwa hati tidak selamanya menuntun ke sisi kanan hidup. Tidak jika
nafsu sedikit banyak menebar benih di dalamnya. Tidak jika sifat negatif
mendominasi. Intinya, hati tidak selalu cukup jernih untuk merasakan
aura positif.
Manusia dengan
logika dan perasaan harus mampu mengendalikan dirinya sendiri. Ada waktu
untuk menomor satukan perasaan, ada waktu ketika logika mengalahkan
segalanya. Menselaraskan keduanya sangat sulit dilakukan. Jadi kupilih
logika, menggunakan otak agar bisa berpikir layaknya manusia. Dengannya,
kau bisa menghitung atau mempertimbangkan setiap kans terhadap sesuatu
meski mungkin faktor-x bisa menghalangi. Who knows?
Belajar dari
pengalaman, perasaan membuat manusia menjadi bodoh. Tapi justru
kebodohan itu dianggap manis dan diharapkan. Aku makin tidak mengerti,
apa memang begini jalannya genre romans? Yang penting sebagai manusia
berakal, kita harus meniadakan kebodohan dengan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saya mengharapkan komentar & kritik yang bersifat membangun....!!!!!