Pernahkah kita mendengar istilah “hidup ini bagaikan roda pedati, kadang di atas kadang di bawah“?
Mungkin kata-kata ini pernah kita
jumpai saat bersekolah, membaca buku
peribahasa, maupun saat dinasehati oleh orang yang kita anggap lebih tua
dan bijaksana. Hal ini menyebabkan kalimat ini sangat populer di
kalangan masyarakat, baik kalangan umum maupun pelajar tingkat sekolah
dasar.
Sebagian besar masyarakat mengartikan peribahasa ini secara harfiah bahwa “bila
mereka sedang memperoleh kesusahan mereka berfikir sedang berada di
bawah, adapun lagi bila mereka mendapatkan keberhasilan, maupun hal-hal
lain yang bersifat membuat mereka dipandang oleh masyarakat luas dengan
keberhasilan mereka.” Mereka cenderung berfikir “saya sedang berada di atas, ada kalanya nanti saya juga akan berada di bawah.“
Dalam hal ini masyarakat akan lebih cenderung terdoktrin dan berpasrah
ketika mereka menerima keadaan yang kurang menguntungkan bagi mereka. “Toh suatu saat nanti saya juga akan ada di atas, layaknya sebuah roda pedati yang selalu berputar”
. Tanpa bertindak dengan usaha yang musti diperbuat, untuk
mengembalikan kehidupannya pada keadaan semula dan dengan serta merta
meyuridisi bahwasannya akan ada hari lebih baik daripada hari ini.
Benarkah sebuah kesuksesan akan serta merta datang tanpa diundang,
kemudian hinggap layaknya kupu-kupu menghisap nektar bunga kamboja? Toh
pada nantinya sang kupu-kupu akan lekas pergi bila nektar kamboja telah
habis. Sekali lagi bila si kamboja tak berusaha memproduksi nektarnya
kembali, sang kupu-kupu mungkin enggan untuk sekedar mampir pada kali
kedua.
Hidup memang seperti roda pedati. Namun apakah kita hanya mau
menunggu terbengkalai di bawah peradaban tanpa kemauan menyongsong
perubahan kearah yang lebih baik lagi. Sampai kapan keinginan kita untuk
terbang menggapai langit, kalau hanya dalam angan tanpa ada perbuatan
ke arah perealisasian ide-ide yang kita miliki sampai saat ini. Ataukah
kita hanya akan mengubur ide-ide ini sampai kita tua dan terlalu renta
untuk mengusahakannya lagi. Lalu pada akhirnya kita kembali menyerah
pada keadaan yang ada disekitar dan mengengelilingi kita. Bahkan kita
terlalu naïf untuk menyadari hal tersebut
Tuhan menciptakan manusia dengan segala macam kelebihannya untuk
mengolah apa yang ada di Bumi kita tercinta ini. Kita tentunya diberikan
daya dan upaya untuk merealisasikan apa-apa saja hal yang dapat
mengubah tatanan yang ada menjadi lebih baik lagi. Ataukah kita hanya
sedang ditipu oleh kenyataan bahwa hidup terlalu singkat untuk menjadi
seorang revolusioner.
Berjuang dan berusaha. Hal itulah yang dilakukan para pendahulu kita
untuk mendapatkan kemerdekan bangsa ini dari tatapan penjajahan. Meski
hati kecil mereka tahu bahwa mereka ada di dalam keterbatasan
perjuangan, namun akal dan perbuatan mereka enggan untuk menerima bahwa
nusantara adalah tanah makmur di neraka yang rakyatnya mengadu, mengeluh
kesah dalam negri kaya, bahkan mati diatas lautan madu dan pohon emas.
SUDAH SEPANTASNYA KITA MENGHARGAI TANPA MENYIANYIAKAN HAL APAPUN, UNTUK
BERJUANG DAN MEMBUKA HATI MASING-MASING PIHAK BAHWASANNYA HIDUP BUKAN
HANYA MENUNGGU PERPUTARAN RODA PEDATI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saya mengharapkan komentar & kritik yang bersifat membangun....!!!!!