30 Juni 2013

Hidup Bukan Hanya Menunggu Perputaran Roda Pedati

Pernahkah kita mendengar istilah “hidup ini bagaikan roda pedati, kadang di atas kadang di bawah“? Mungkin kata-kata ini pernah kita
jumpai saat bersekolah, membaca buku peribahasa, maupun saat dinasehati oleh orang yang kita anggap lebih tua dan bijaksana. Hal ini menyebabkan kalimat ini sangat populer di kalangan masyarakat, baik kalangan umum maupun pelajar tingkat sekolah dasar.
Sebagian besar masyarakat mengartikan peribahasa ini secara harfiah bahwa “bila mereka sedang memperoleh kesusahan mereka berfikir sedang berada di bawah, adapun lagi bila mereka mendapatkan keberhasilan, maupun hal-hal lain yang bersifat membuat mereka dipandang oleh masyarakat luas dengan keberhasilan mereka.” Mereka cenderung berfikir “saya sedang berada di atas, ada kalanya nanti saya juga akan berada di bawah.

Dalam hal ini masyarakat akan lebih cenderung terdoktrin dan berpasrah ketika mereka menerima keadaan yang kurang menguntungkan bagi mereka. “Toh suatu saat nanti saya juga akan ada di atas, layaknya sebuah roda pedati yang selalu berputar” . Tanpa bertindak dengan usaha yang musti diperbuat, untuk mengembalikan kehidupannya pada keadaan semula dan dengan serta merta meyuridisi bahwasannya akan ada hari lebih baik daripada hari ini. Benarkah sebuah kesuksesan akan serta merta datang tanpa diundang, kemudian hinggap layaknya kupu-kupu menghisap nektar bunga kamboja? Toh pada nantinya sang kupu-kupu akan lekas pergi bila nektar kamboja telah habis. Sekali lagi bila si kamboja tak berusaha memproduksi nektarnya kembali, sang kupu-kupu mungkin enggan untuk sekedar mampir pada kali kedua.
Hidup memang seperti roda pedati. Namun apakah kita hanya mau menunggu terbengkalai di bawah peradaban tanpa kemauan menyongsong perubahan kearah yang lebih baik lagi. Sampai kapan keinginan kita untuk terbang menggapai langit,  kalau hanya dalam angan tanpa ada perbuatan ke arah perealisasian ide-ide yang kita miliki sampai saat ini. Ataukah kita hanya akan mengubur ide-ide ini sampai kita tua dan terlalu renta untuk mengusahakannya lagi. Lalu pada akhirnya kita kembali menyerah pada keadaan yang ada disekitar dan mengengelilingi kita. Bahkan kita terlalu naïf untuk menyadari hal tersebut
Tuhan menciptakan manusia dengan segala macam kelebihannya untuk mengolah apa yang ada di Bumi kita tercinta ini. Kita tentunya diberikan daya dan upaya  untuk merealisasikan apa-apa saja hal yang dapat mengubah tatanan yang ada menjadi lebih baik lagi. Ataukah kita hanya sedang ditipu oleh kenyataan bahwa hidup terlalu singkat untuk menjadi seorang revolusioner.
Berjuang dan berusaha. Hal itulah yang dilakukan para pendahulu kita untuk mendapatkan kemerdekan bangsa ini dari tatapan penjajahan. Meski hati kecil mereka tahu bahwa mereka ada di dalam keterbatasan perjuangan, namun akal dan perbuatan mereka enggan untuk menerima bahwa nusantara adalah tanah makmur di neraka yang rakyatnya mengadu, mengeluh kesah dalam negri kaya, bahkan mati diatas lautan madu dan pohon emas.
SUDAH SEPANTASNYA KITA MENGHARGAI TANPA MENYIANYIAKAN HAL APAPUN, UNTUK BERJUANG DAN MEMBUKA HATI MASING-MASING PIHAK BAHWASANNYA HIDUP BUKAN HANYA MENUNGGU PERPUTARAN RODA PEDATI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

saya mengharapkan komentar & kritik yang bersifat membangun....!!!!!

http://www.kumpulsoal.com/index.php?ref=Da

Meta Tag Generator


Rex