Puisi cinta Kahlil Gibran terlengkap di tahun 2011. Puisi Kahlil Gibran rata rata berkisah tentang cinta. Kumpulan Puisi Cinta Kahlil Gibran yang saya publikasikan di sini berasal dari berbagai sumber. Baik di Internet maupun artikel cetak.
Nah, buat kamu-kamu yang sedang mencari cari tentang puisi khalil Gibran
terutama puisi cintanya, sudah saya publish di blog ini. Silakan
tinggal dinikmati saja. Satu lagi, kalau ada diantara teman-teman semua
yang punya beberapa puisi karya khalil gibran silakan di share lewat komentar maupun lewat email ke danydany827@yahoo.co.id.
Okelah kalau begitu, selamat menikmati kumpulan puisi cinta Khalil Gibran Di sini.
NYANYIAN SUKMA
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
(Dari Kahlil Gibran - ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Cinta yang Agung
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu’
Apabila cinta tidak berhasil…bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi ..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi..ketika cinta itu mati..kamu tidak perlu mati
bersamanya…
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang..
melainkan mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh (Khalil Gibran)
Aku Bicara Perihal Cinta
Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan menyalibmu.
Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu,
demikian pula dia ada untuk pemangkasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya bisa kaupahami rahasia hatimu,
dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
tapi tak seluruh gelak tawamu,
dan menangis,
tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki,
pun tiada ingin dimiliki;
Karena cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
“Tuhan ada di dalam hatiku,”
tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati Tuhan”.
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,
sebab cinta,
pabila dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan,
biarlah ini menjadi aneka keinginanmu:
Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali,
yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sebuah gita puji pada bibirmu. (Khalil Gibran)
CINTA (I)
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta. Dan dia
mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia itu, dan
keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia, Walau jalannya
sukar dan curam. Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa
melukaimu. Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya. Walau
suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan
taman. Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
akan menghukummu.
Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu, demikian pula dia ada untuk
mencantasmu. Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra
ranting-ranting lembutmu yang bergetar dalam cahaya matahari. Demikian
pula dia akan menghunjam ke akarmu dan menggegarkannya di dalam pautanmu
pada bumi. Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya.
Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang Dia mengasing-asingkan kau
demi membebaskan engkau dari kulitmu. Dia menggosok-gosok engkau sampai
putih bersih. Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut; Dan kemudian
dia mengangkat engkau ke api sucinya sehingga engkau bisa menjadi
hidangan suci untuk pesta kudus Tuhan. Semua ini akan ditunaikan padamu
oleh Sang Cinta, supaya bisa kau fahami rahsia hatimu, dan di dalam
pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan. Namun pabila dalam
ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta. Maka
lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah keluar dari
lantai-penebah cinta. Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat
tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis
semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil
apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tiada memiliki, pun
tiada ingin dimiliki; Kerana cinta telah cukup bagi cinta. Pabila kau
mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi
sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan." Dan jangan mengira
kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu
memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila
kau mencintai dan memerlukan keghairahan, biarlah ini menjadi
keghairahanmu: Luluhkan dirimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai,
yang menyanyikan alunannnya bagai sang malam. Kenalilah penderitaan dari
kelembutan yang begitu jauh. Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri
tentang cinta; Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira. Terjaga
di kala fajar dengan hati berawangan dan mensyukuri hari baru penuh
cahaya kasih; Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta
yang meluap-luap; Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur; Dan
kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sekuntum
nyanyian puji-pujian pada bibirmu. (Khalil Gibran)
CINTA (II)
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga
Mereka berkata tentang helang dan hering
Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai - di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu
Oh Cinta, yang tangan lembutnya mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku, Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati (Kahlil Gibran)
CINTA (III)
Kemarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan
bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan
kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata,"Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi
lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara
bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang
ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi
masa lalu dan generasi yang akan datang."
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah,
dia berkata,"Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang
menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi
langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh
roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam
selama satu tahun dan mati untuk selamanya."
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia
berkata,"Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin
sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit
dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian
di depan matahari di siang hari."
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya
panjang dengan dahi berkerut, dia berkata,"Cinta adalah ketidakpedulian
yang buta. la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal
masa muda."
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia
berkata,"Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia
menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya."
Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya
ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, "Cinta adalah kabus
tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya
hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang,
tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di
lembahlembah."
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
"Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang
peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat
dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran
dan kesedaran."
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai
potonganpotongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata,
"Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam,
kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian."
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia
berkata,"Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku
yang mengerti tentang cinta." Waktu terus berjalan. Manusia
terus-menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua
menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri
kehidupannya. (Khalil Gibran)
Nah, bagaimana keren kan puisi puisi Khalil Gibran ini. Sekali lagi kalau ada yang punya puisi cinta khalil Gibran
atau pun puisi lainnya silakan di sharing di blog ini. Terima kasih
sudah berkunjung ke blog saya (albantanifirman.blogspot.com) dan membaca kumpulan puisi cinta khalil Gibran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saya mengharapkan komentar & kritik yang bersifat membangun....!!!!!