23 Desember 2012

Biaya berobat yang masih sangat mahal

Ada pepatah bilang "ingat sehat sebelum sakit". Kalau udah sakit terasa sekali bahwa nikmat sehat itu begitu sempurna. Manakala sedang didera penyakit, barulah kita sadar bahwa hidup sehat itu penting. Kadang penyakit tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Penyakit merupakan bentuk lain dari misteri Tuhan.
Namun, manusia sebagai makhluk yang berakal tentu memiliki upaya untuk menyembuhkan aneka penyakit yang diderita. Manusia hanya bisa berusaha, toh keputusan untuk menyembuhkan tetap berada di tangan Tuhan.
Kemampuan manusia menangani penyakit dalam tubuh menjadi sebuah ilmu pengetahuan tersendiri dalam dunia medis. Seiring dengan mengakarnya sistem kapitalisme dalam setiap aspek kehidupan, maka dunia medis tidak bisa terhindar dari gerogot kapitalisme ini. Terkadang rumah sakit yang menjadi pintu terakhir untuk mengobati penyakit juga terkotak-kotak oleh sistem kapitalis.
Bagi mereka yang tergolong kaya bisa memporeh akses kesehatan layak yang setara dengan pelayanan hotel bintang lima. Berapapun biaya pengobatan bisa mereka bayar dengan kemampuan ekonomi mereka yang mapan. Sementara mereka yang tergolong kurang mampu dan miskin memiliki akses terbatas dalam pelayanan kesehatan. Jangankan biaya untuk berobat di rumah sakit, biaya untuk makan dan kehidupan sehari-hari mereka saja masih ngos-ngosa.
Disini perlu peranan negara dalam melindungi kaum miskin tersebut untuk bisa memperoleh akses kesehatan dangan mudah, murah dan kapan perlu gratis. Dalam dunia kapitalis, tidak ada yang gratis. Ketika negara tidak mampu membendung sistem ini agar tidak kebablasan dan merugikan rakyat miskin, maka negara tersebut masuk pada jurang kegagalan.
Oleh karena itu, negara melalui komponen yang ada berupaya untuk mengatasi problematika kesehatan rakyat miskin. Namun, kendala yang dihadapi tidak semudah yang dibayangkan. Dibalik kendala-kendala itulah rakyat miskin masih menjerit dengan rasa sakit mereka.
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kualitas pelayanan tersebut, dibebankan kepada pasien selaku konsumen. Ini terjadi khususnya di rumah sakit swasta murni atau swasta subsidi pemerintah. Sedangkan rumah sakit milik pemerintah, sumber dana untuk membayar biaya mutu dapat bersumber dari banyak pihak. Bisa kita bayangkan, betapa mahalnya biaya  rumah sakit  jika semua biaya dibebankan kepada pasien.
Pilihan terakhir bagi kaum papa adalah berobat melalui jalur alternatif. Dengan pergi ke dukun, tabib dan orang minang menyebutnya dengan barubek kampuang (berobat kampung). Berobat di jalur alternatif ini tidak perlu dipusingkan dengan biaya mahal akibat perang harga industri farmasi yang diberada dibawah kerangka kapitalisme. Cukup dengan membawa sesuatu seusai dengan persyaratan, lalu minta doa kepada “orang pintar” supaya bisa disembuhkan dari penyakit. Toh, yang menyembuhkan penyakit hanya Tuhan. Kenapa tidak  berobat di jalur alternatif, dalih mereka....!!!!!

2 komentar:

  1. mantap artikelnya...
    btw link sobat udah ke pasang... silahkan di check...

    ReX^RooM

    Kunjungan baliknya di tunggu ^^

    Follback juga ya sobat ^^ Tq

    BalasHapus
  2. menarik gan artikelnya
    btw link anda sudah saya pasang, cek di http://falah-kharisma.blogspot.com/p/tukar-link.html
    yg saya juga pasang di blog anda

    BalasHapus

saya mengharapkan komentar & kritik yang bersifat membangun....!!!!!

http://www.kumpulsoal.com/index.php?ref=Da

Meta Tag Generator


Rex