Ada pepatah bilang "ingat sehat sebelum sakit". Kalau udah sakit
terasa sekali bahwa nikmat sehat itu begitu sempurna. Manakala sedang
didera penyakit, barulah kita sadar bahwa hidup sehat itu penting. Kadang
penyakit tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Penyakit merupakan
bentuk lain dari misteri Tuhan.
Namun, manusia sebagai makhluk yang
berakal tentu memiliki upaya untuk menyembuhkan aneka penyakit yang
diderita. Manusia hanya bisa berusaha, toh keputusan untuk menyembuhkan
tetap berada di tangan Tuhan.
Kemampuan manusia menangani penyakit dalam tubuh menjadi sebuah ilmu
pengetahuan tersendiri dalam dunia medis. Seiring dengan mengakarnya
sistem kapitalisme dalam setiap aspek kehidupan, maka dunia medis tidak
bisa terhindar dari gerogot kapitalisme ini. Terkadang rumah sakit yang
menjadi pintu terakhir untuk mengobati penyakit juga terkotak-kotak oleh
sistem kapitalis.
Bagi mereka yang tergolong kaya bisa memporeh akses kesehatan layak
yang setara dengan pelayanan hotel bintang lima. Berapapun biaya
pengobatan bisa mereka bayar dengan kemampuan ekonomi mereka yang mapan.
Sementara mereka yang tergolong kurang mampu dan miskin memiliki akses
terbatas dalam pelayanan kesehatan. Jangankan biaya untuk berobat di
rumah sakit, biaya untuk makan dan kehidupan sehari-hari mereka saja
masih ngos-ngosa.
Disini perlu peranan negara dalam melindungi kaum miskin tersebut
untuk bisa memperoleh akses kesehatan dangan mudah, murah dan kapan
perlu gratis. Dalam dunia kapitalis, tidak ada yang gratis. Ketika
negara tidak mampu membendung sistem ini agar tidak kebablasan dan
merugikan rakyat miskin, maka negara tersebut masuk pada jurang
kegagalan.
Oleh karena itu, negara melalui komponen yang ada berupaya untuk
mengatasi problematika kesehatan rakyat miskin. Namun, kendala yang
dihadapi tidak semudah yang dibayangkan. Dibalik kendala-kendala itulah
rakyat miskin masih menjerit dengan rasa sakit mereka.
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kualitas pelayanan
tersebut, dibebankan kepada pasien selaku konsumen. Ini terjadi
khususnya di rumah sakit swasta murni atau swasta subsidi pemerintah.
Sedangkan rumah sakit milik pemerintah, sumber dana untuk membayar biaya
mutu dapat bersumber dari banyak pihak. Bisa kita bayangkan, betapa
mahalnya biaya rumah sakit jika semua biaya dibebankan kepada pasien.
Pilihan terakhir bagi kaum papa adalah berobat melalui jalur
alternatif. Dengan pergi ke dukun, tabib dan orang minang menyebutnya
dengan barubek kampuang (berobat kampung). Berobat di jalur
alternatif ini tidak perlu dipusingkan dengan biaya mahal akibat perang
harga industri farmasi yang diberada dibawah kerangka kapitalisme. Cukup
dengan membawa sesuatu seusai dengan persyaratan, lalu minta doa kepada
“orang pintar” supaya bisa disembuhkan dari penyakit. Toh, yang menyembuhkan penyakit hanya Tuhan. Kenapa tidak berobat di jalur alternatif, dalih mereka....!!!!!
mantap artikelnya...
BalasHapusbtw link sobat udah ke pasang... silahkan di check...
ReX^RooM
Kunjungan baliknya di tunggu ^^
Follback juga ya sobat ^^ Tq
menarik gan artikelnya
BalasHapusbtw link anda sudah saya pasang, cek di http://falah-kharisma.blogspot.com/p/tukar-link.html
yg saya juga pasang di blog anda